Kamis, 08 November 2012

FF #2 Part 1 of 2 - Target - Dies on My School


Tittle : Target - Dies on My School

Author : L.H 
Genre : AU, Tragedy
Cast : Yoon Doo Joon - B2ST
           Kwon So Hyun - 4Minute 
           Jang Jin Young (Xia) - RaNia
           Lee Chang Sun (Joon) - MBLAQ
           Lee Ji Ae (Hana) - Jevice
           and other students name :) Please enjoy my second FF! Gamsahabnida 
                                                       
                                                            ~

    "Fufufu .. Ternyata ketua kelas kita yang pintar juga bisa terkecoh ya? Bukan begitu, nona Kwon So Hyun?" Doojoon menatapku dengan tatapan dingin. 

  
   "Mmh! Mmmh!" Aku hanya bisa merintih kesakitan saat Doojoon sesekali menarik rambutku. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena tangan serta kakiku terikat di bangku tempatku duduk. Mulutku juga di tutup dengan solatip hitam besar yang bau agar aku tak berteriak minta tolong.

                                                                       ***

    Namaku Kwon So Hyun, kelas 2-2 sebuah SMA swasta di sebuah distrik di Seoul yang murid-muridnya berasal dari kalangan keluarga berada dan berotak pintar. Aku tidak pernah  menyangka bahwa aku harus masuk sekolah yang murid-muridnya selalu pamer ini, membuatku ingin selalu membolos di setiap jam pelajaran -_-

    Aku bahkan tidak pernah memperhatikan teman-teman sekelasku yang sifatnya sombong. Kecuali beberapa anak, yaitu Hana sang pemilik suara emas, Joon si pelawak kelas, dan Xia sang juara kelas. Bagaimana denganku? Aku di juluki sebagai ketua kelas pintar yang jago rap ._. 


    Semua berjalan seperti biasa di sekolah, namun ada hal baru yang membuat gempar seluruh sekolah, yaitu kehadiran seorang hagsaeng namja yang wajahnya tampan. Dan namanya adalah .. "Yoon Doo Joon hagsaeng, silahkan masuk ke kelas." 


    Seisi kelas duduk terdiam, menatap pada hagsaeng baru itu. Para yeoja-yeoja kelasku segera mengusir teman-teman di sebelahnya untuk memberikan bangku pada hagsaeng baru itu. Dan sialnya, Xia dan aku sendiri di usir oleh teman-teman sebelah. Aku yang kesal segera berteriak menenangkan kelas. 


    "YAA! Bisakah kalian tenang? Bisakah kalian tidak mengusir teman sebelah kalian? Kelas berapa kalian ini? Ini bukan sikap seorang murid senior!"  

   
    Seisi kelas diam, begitu juga dengan wali kelas 2-A, Kim seongsaeng. Karena tak tahan, Joon memecah keheningan. 

     "Hei Yoon Joon anak baru, kau duduk di sampingku saja. Nih kosong kok." Joon membereskan buku-bukunya yang sebelumnya di taruh di meja sebelahnya. Yoon segera berjalan menuju tempat Joon yang kosong sambil tersenyum. Senyumnya itu bukan senyum bahagia karena mendapat tempat, tapi .. Seperti senyum .. Senyum seorang pemburu yang sudah mendapatkan buruan. Senyum yang mengerikan ._.


     Hari demi hari di lalui, dan kegemparan sekolah karena Yoon Joon juga perlahan pudar. Tapi tak lama setelah itu, ada saja gosip lain yang menyebar. Dan di setiap bulan pasti ada saja berita baru tentang Yoon Joon. Bukan itu saja yang membuatku penasaran dengannya, tetapi dengan botol kecil dengan sebuah kertas di dalamnya yang ia jadikan kalung yang selalu ia bawa kemana-mana. Pernah suatu hari aku menemukan botol itu di semak-semak dan membukanya, tetapi tidak sempat kubaca karena di halangi oleh Yoon Joon.


    One Month Later .. 


    Aku harus menjalani pelajaran tambahan saat libur musim panas dengan teman-temanku yang lainnya, terutama Xia dan Joon, serta Yoon Joon. Semua yang mengikuti pelajaran tambahan adalah murid-murid pintar yang nilainya menurun serta murid berotak dangkal. Dan sialnya, kami harus tidur di asrama bobrok di sebelah sekolah dan harus membagi kamar karena kamar yang terbatas.


    Aku memilih untuk berbagi kamar dengan Xia dan Hana, karena kamar asrama di sana sangat sempit dan .. Agak pengap. Sedangkan Joon? Dia tidur dengan Yoon Joon yang sekarang menjadi sahabatnya. 


   Lima hari setelah pelajaran tambahan berlanjut, kami di berikan peringkat dan di beri tahu melalui TV yang terdapat di setiap koridor sekolah. Dan inilah saat-saat yang di tunggu para murid, karena murid yang 2 kali mendapat peringkat 1-3 boleh pulang ke rumahnya masing-masing.


    Aku, Xia dan Hana mendapat peringkat 1-3 itu, dan kami bertiga sudah tak sabar untuk menikmati libur musim panas di rumah. Kami pun berjalan menuju kantin untuk menikmati keberhasilan kami.


"Congrats for you two, Hana and Xia! Wish we can go home ya?" 

"Congrats for we, Hyun. Because we're three get the ratings!"
"By the way, kalian merasa aneh tidak dengan Joon? Biasanya dia mau bersama kita makan-makan di sini kan?"
"Iya .. Dia juga lumayan pintar. Biasanya dia bisa mendapat peringkat 10 besar .. Tetapi kenapa malah Yoon Joon yang masuk 10 besar dan Joon malah di peringkat terakhir?"
"Entahlah  .. Nanti sore kita kunjungi saja kamar Yoon Joon dan Joon, karena sejak pagi mereka tidak terlihat."

    Selesai makan, kami berniat menuju ke asrama laki-laki yang ada di tengah-tengah bangunan sekolah. Ketika kami membuka pintu kamar Yoon Joon dan Joon, kami malah mendapatkan ...


   "KYAAA!!"

    
     Teriakan Xia dan Hana membuat para namja dari kamar lainnya mendatangi kamar Yoon Joon dan Joon. Ya, Joon telah tewas di bunuh dengan pisau yang tertusuk di dadanya. Belum sempat kami menelepon polisi, sebuah pengumuman telah berbunyi melalui speaker koridor di depan kamar.

   "Bagaimana, hagsaeng? Kaget? Ini masih permulaan, masih ada yang lain lagi yang akan membuat kalian merasa sekolah ini adalah neraka. Bersabarlah murid-murid bodoh .. HAHAHA!" 

  
   Suara yang berasal dari mesin itu masih terus bergema membuat kami frustasi. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari asrama dan berkumpul di ruang kelas bersama Kim seongsaengnim dan asistennya Hwang seonsaengnim.

   "Kim seongsaengnim, kemana Yoon Joon? Dari tadi siang kami belum melihatnya." Ucap seorang hagsaeng yang dari tadi celingak-celinguk. Kim seongsaengnim hanya bisa mengangkat bahu.


  Peep! TV di ruang kelas kami menyala dan mengagetkan kami. Seisi kelas berteriak ketakutan melihat tayangan itu. Seorang murid perempuan di ikat di sebuah ruangan dan meronta-ronta kesakitan.


 "Hye Mi! Hye Mi! Kau kenapa? Aishh, eotteoke seongsaengnim?!! Cepat tolong Hye Mi! Seongsaengnim!!!" 


    Terlambat sudah. Hagsaeng bernama Hye Mi itu sudah tewas mengenaskan di kursi listrik yang ia duduki. Sahabat Hye Mi itu hanya bisa menangis terus menerus di bangkunya.


   "Seongsaengnim! Tidak bisakah kita keluar dari sini? Aku sudah muak! Aku tak mau mengakhiri hidupku dengan mati konyol seperti ini!" Xia mengomel sambil memukul keras mejanya.


   "Hwang seongsaengnim, tolong aku sebentar ya? Bisakah kau memanggil satpam di luar sekolah bersama hagsaeng ini?" Hwang seongsaengnim mengangguk ragu dan keluar dari kelas bersama beberapa hagsaengnya.


    "Ya, hagsaeng! Kalian mau apa di sana?" 

    "Seongsaengnim, kita harus memecahkan kode ini sebelum ada yang menjadi korban lagi."
    "Kode? Dapat dari mana kau?"
    "Di papan pengumuman kelas, pembuat kode ini bisa melihat jawaban kita dari ruangan sebelah yang terkunci."
    "Ne, seongsaengnim akan bantu kalau begitu .." 

    "Seongsaengnim, bukankah ini nomor ponsel Hyuna?"


     Speaker di kelas kami berbunyi dan kami kira kami akan kembali mendengar suara mesin itu lagi. Namun tidak, justru yang kami dengar adalah tangisan seorang yeoja hagsaeng yang sepertinya sedang di ikat.


      "Seo .. Seongsaengnim .. Seongsaengnim cepat lihat!" 

      "I .. Itu suara hagsaeng yang tadi menangis di sini kan?"
      "Suara itu! Hagsaeng itu korban selanjutnya seongsaengnim!"
      "Hyuna .. Hyuna .. Ka .. Kau .. HYUNA!" Panggil Baek Hee yang histeris melihat Hyuna.
      "Ne, eotteoke Baek Hee? Baek Hee, tolong aku! Baek Hee!" 
      "HYUNA!!" 

       Sama seperti Hye Mi, Hyuna juga menjadi korban pembuhan berantai ini. Hyuna tewas mengenaskan dengan kaki dan tangan terikat di kursi kayunya.


      "Kim seongsaengnim, kita menyusul Hwang seongsaengnim saja lah! Hwang seongsaengnim pasti tak bisa mengurus hagsaengnya sendirian!"

      "Kim seongsaengnim, cepat telepon Hwang seongsaengnim!"
      "Kalian .. Kalian cepat keluar saja dari kelas ini! Ppailli ppailli!"
      "Ah, Sohyun! Kau cepat cari Hwang seongsaengnim serta hagsaeng yang ikut dengannya! Suruh mereka berkumpul di ruang aula, ppailli Hyun!"

        Aku segera berlari menuju halaman sekolah dan mencari Hwang seongsaengnim, tetapi aku tak menemukannya. Aku kembali ke dalam sekolah dan mencarinya di setiap ruang kelas. Saat aku memasuki kantor guru, aku menemukan secarik kertas di meja Hwang seongsaengnim. 'Kami berada di gudang, cepat tolong kami! Hwang seongsaeng.' Aku pun kembali berlari menuju gudang, tetapi belum aku sampai di gudang .. Kurasa aku pingsan karena sekelilingku gelap.


    "Sohyun! Ketua kelas Sohyun!" Aku terbangun dan mendapati diriku sedang berada di gudang. Aku diikat di kursi tempatku duduk dengan sumpalan solatip di mulutku.


   "Fufufu .. Ternyata ketua kelas kita yang pintar juga bisa terkecoh ya? Bukan begitu, nona Kwon So Hyun?" Doojoon menatapku dengan tatapan dingin. 


   "Mmh! Mmmh!" Aku hanya bisa merintih kesakitan saat Doojoon sesekali menarik rambutku. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena tangan serta kakiku terikat di bangku tempatku duduk. Sekilas aku terkejut, karena yang melakukan pembunuhan berantai ini ternyata adalah Yoon Doo Joon! 


  "Kau ingin bicara ya nona Hyun? Mau kulepaskan solatipmu?"


   Aku hanya menatap kesal padanya. Aku di tipu olehnya lewat sebuah memo. Benar-benar seorang yang bodoh. Yoon Joon kemudian mendekatiku dan melepaskan solatip dari mulutku.


    "Kau gila ya? Kau mau semua hagsaeng dan seongsaeng di sini tersiksa? Kau .. Brengsek!"

    "Hahaha! Sekolah ini sudah jatuh ke tanganku ini, mau kubunuh atau kusiksa, semua terserah denganku!"
     "Kau benar-benar tega! Kau juga kan yang membunuh Joon? Dasar kau pengkhianat! Kukira kau dan Joon benar-benar bersahabat dengan baik, ternyata kau .."
     "Tunggu, tunggu .. Apa yang kau maksud dengan membunuhnya? Aku sama sekali tidak membunuh siapapun, kok. Aku hanya ingin menyekap kemudian memulangkan Joon. Aku kasian melihat Joon kelelahan belajar."
     "Jadi .. Hyuna dan Hye Mi .. Kau tidak membunuhnya?"
     "Tentu saja tidak! Aku dari tadi hanya menyekap Joon di gudang kemudian ingin kembali ke kelas. Tapi di kelas tidak ada orang, jadi aku kembali ke gudang untuk menemani Joon. Saat kembali, Joon sudah hilang, kukira dia sudah kembali ke kelas karena aku tidak mengikatnya."
      "La .. Lalu .. Pengumuman itu .. Kau tidak mendengar pengumuman dari tadi?"
      "Tentu saja tidak! Tadi setelah aku ke gudang untuk menemani Joon dan Joon hilang, aku keluar dari sekolah untuk membeli makanan! Kantin tutup, sih!"
      "Kau tahu? Joon, Hyemi dan Hyuna mati terbunuh! Kukira kau pelakunya, karena kau menghilang dari tadi!"
      "Hei, hei .. Terbunuh? Apa mungkin pelakunya ..."

       DOOR!! Suara tembakan pistol yang berasal dari luar terdengar keras di dalam gudang sebelum Yoon Joon sempat melanjutkan ucapannya.


       "Yoon .. Ki .. Kita .. Keluar yuk?"


         Yoon hanya diam, kemudian membuka pintu gudang perlahan. Tampak seorang namja hagsaeng tewas dengan luka tembakan, di seberangnya tampak seorang yeoja hagsaeng berseragam menggenggam pistolnya sambil menatap sesal. Perlahan, air matanya jatuh dan ia berbisik, "Maafkan aku .."


          Yeoja hagsaeng itu mengangkat wajahnya yang dari tadi menunduk. Ia berjalan menuju mayat yeoja hagsaeng itu, kemudian pergi meninggalkannya. Saat ia mendekati pintu gudang, kami kemudian keluar dari persembunyian dan mendekati mayat itu. Kami baru sadar bahwa yeoja hagsaeng pelaku pembunuhan berantai ini adalah ...

   
           "Xia! Hei, Xia! Apa yang kau lakukan?"
           "Kau .. Hyun! Ah, mianhae!" Xia berlari sambil menangis meninggalkan kami. 


                                                           
  Will Be Continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar